Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bagaimana kabar kalian hari ini? Masih
tetap #dirumahaja #belajardarirumah ya kan?
Pembelajaran Bahasa Indonesia kali ini akan
berisi mengenai puisi dan unsur-unsur puisi. Selamat membaca. Selamat belajar.
A.
Hakikat
Puisi
Secara
etimologi, istilah puisi berasal dari
bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poetry. Aminuddin (2010:134) puisi
diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau
gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Pradopo (2012:6)
puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih
kata-kata yang setepatnya dan disusun sebaik-baiknya, misalnya seimbang,
simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan
sebagainya.
Waluto (2005:1)
puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan
diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Slametmuljana
(dalam Diah E. Sari, dkk, 2016:1) puisi adalah bentuk kesusastraan yang
menggunakaan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu
menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Berdasarkan
pendapat ahli di atas disimpulkan, puisi adalah suatu karya sastra menggunakan kata-kata
indah, kaya makna, serta berisi ekspresi penyair. Keindahan puisi disebabkan
oleh diksi, majas, rima, dan irama.
B.
Unsur-unsur
Puisi
Sebuah puisi
tentu ada unsur yang membangunnya.
Menurut
Djojosuroto (2004:35) bahwa struktur fiksi dan batin puisi sebagai berikut:
1. Struktur
Fisik
a) Perwajahan
puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak
selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik. Hal-hal tersebut
sangat menentukan pemaknaan puisi.
b) Diksi
adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkn. Pemilihan kata dalam
puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c) Imaji
dalam puisi merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
terbagi tiga yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji
raba atau sentuh (imaji taktil). Melalui imaji, pembaca seakan-akan melihat,
mendengar, dan merasakan seperti apa ynag dialami penyair.
d) Kata
konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan dan lambang.
e) Bahasa
figuratif yaitu bahasa kiasan yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapun
macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f) Versifikasi
menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi,
baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
2. Struktur
batin
a) Tema/makna
(sense); media puisi adalah bahasa.
Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna,
baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b) Rasa
(feeling), sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa
erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya
latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan menyikapi suatu masalh bergantung
pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang dibentuk oleh latar
belakang psikologis dan sosiologis.
c) Nada
(tone), yaitu sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca
untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
d) Amanat/
tujuan/ maksud (intention), sadar
maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan
tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui
dalam puisi.
Unsur-unsur
puisi menurut Diah E. Sari, dkk (2016:4) terdiri dari unsur fisik dan unsur
batin. Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Unsur
Fisik
a) Diksi
(Pemilihan Kata)
Pemilihan dan menentukan
kata-kata, seorang penyair memiliki perbendaharaan yang khas, mempertimbangkan
urutan kata dan daya sugesti kata-kata. Perbendaraan kata penyair sangat
penting untuk kekuatan ekspresi puisinya. Selain itu juga akan menunjukkan ciri
khas penyair.
b) Pengimajian
Herman J. Waluyo (dalam
Diah E. Sari, dkk, 2016:5) membatasi pengimajian yakni kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan
(imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil).
Pengimajian ditandai menggunakan kata yang konkret dan khas.
c) Kata
Konkret
Usaha untuk
membangkitkan imajinasi pembaca adalah dengan penggunaan memaksimalkan
kata-kata konkret. Penggunaan kata konkret yang tepat, maka pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair.
d) Bahasa
Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif adalah
bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak biasa,
yakni secara tidak langsung. Kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.
e) Verifikasi
(Rima, Ritma, Metrum)
Bunyi dalam puisi
menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi puisi. Pengulangan
bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
f)
Tata wajah (Tipografi)
Tipografi adalah
pembeda yang penting antara puisi dengan
prosa dan drama. Atar Semi (1993:35) mengatakan bahwa tipografi dalam sebuah
puisi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk
menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
2. Unsur
Batin
a) Tema
Tema merupakan gagasan
pokok yang diungkapkan penyair.
b) Perasaan Penyair (Feeling)
Setiap penyair akan
berbeda-beda menghasilkan suatu puisi, meskipun dengan tema yang sama. Oleh
karena itu, suasana atau perasaan penyair tersebutlah yang mempengaruhinya.
c) Nada
(Sikap Penyair)
Nada merupakan sikap
penyair terhadap pembaca. Sikap tersebut dapat berupa menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan.
Kalau nada adalah sikap
penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi tersebut.
d) Amanat
Amanat adalah pesan
yang ingin disampaikan oleh penyair. Amanat dalam puisi biasanya tersirat di
balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. .
DAFTAR
PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Satra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Diah E. Sari, dkk. 2016. Bahan Ajar Kajian Puisi.Medan:
Universitas Negeri Medan.
Djojosuroto, dkk. 2000. Dasar-dasar Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta:
Manasco.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Satra Modern. Yogyakarta: Gama
Media
____________________. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University
Press.