Jumat, 27 Agustus 2021

REVIEW BUKU SALIM A. FILLAH - BAHAGIANYA MERAYAKAN CINTA

 Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menulis adalah salah satu cara untuk mengingat diri. Kelak ketika diri ini lalai. Mohon ingatkan, bahwa saya pernah mempelajarinya dan menuliskannya.

Menulis adalah salah satu cara untuk mengikat ilmu. Mohon ingatkan masih terbentang luas ilmu yang masih belum diikat.

Lagi proses baca buku ini. Eh, dapat tugas review buku. Jadi deh tulisan kali ini, saya akan berbagi sedikit atau sekedar sharing terkait review buku yang berjudul Baarakallaahu Laka: Bahagianya Merayakan Cinta. 

Selamat membaca.

REVIEW BUKU SALIM A. FILLAH




Sumber: Google

Nama Penulis                : Salim A. Fillah

Tahun terbit                  : 2011

Penerbit                        : ProU. Media

Jumlah Halaman            : 534

Harga Buku                  :

Nomor ISBN                : 979-98151-9-3 : 

 

SINOPSIS BUKU

Berikut sinopsisnya ya.

Baarakallaahu Laka: Bahagianya Merayakan Cinta

Saat mereka mendoakan, “Baarakallaahu Laka...”

Kubisikkan padamu, “Cintamu, sehangat ciuman bidadari...”

Kau menjawab, “Ada barakah di kala bidadari cemburu.”

 

Ketika mereka meminta lagi pada Allah,

“Wa baarakallaahu ‘alaika...”

Lirikanmu menelisik hatiku, “Dalam badai, dekap aku lebih erat!”

“Bersama barakah, masalah akan menguatkan jalinan,”

Begitu kau kuyakinkan.

 

Lalu mereka menutup, “Wa jama’a bainakuma fii khaiir...”

Maka tangan kita saling berpaut dan jemarinya menyatu,

“Genggam tanganku, rasakan kekuatan cinta!”

Maka sempurnalah tiga perayaan cinta...

 

Di saat apa pun barakah itu membawakan kebahagiaan.

Sebuah letup kegembiraan di hati, kelapangan di dada,

Kejernihan di akal, dan rasa nikmat di jasad.

Barakah itu memberi suasana lain

Dan mencurahkan keceriaan musim semi,

Apapun masalah yang sedang membadai rumah tangga kita.

Barakah itu membawa senyum meski air mata menitik-nitik.

Barakah itu menyergapkan rindu di tengah kejengkelan.

Barakah itumenyediakan rengkuhan dan belaian lembut

di saat dada kita sesak oleh masalah.

 

Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta...



BUKU INI BERCERITA TENTANG APA SIH?

Teman-teman, setelah membaca sinopsis buku ini. Mari kita lanjut menguliknya ya.

Buku Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta berisi tentang serba-serbi pernikahan. Sebuah Three in One Perayaan Cinta yang hadir untuk mengasah kepekaan cinta dalam pernikahan, menghadirkan cita rasa barakah, dan melukiskannya dengan warna surga.

Sebuah karya yang sangat indah dan bermanfaat bagi mereka yang akan, sedang, dan menjalani pernikahan. Buku ini secara garis besar penulis membuat tiga topik utama. Adapun topiknya yaitu:

a1  1. PERAYAAN PERTAMA

Cintamu, Sehangat Ciuman Bidadari

Prolog: Menghadirkan Barokah Sejak Pandangan Pertama

       2. PERAYAAN KEDUA

Dalam Badai, Dekap aku Lebih Erat

Prolog: Barokah yang Kita Temukan di Beningnya Airmata

c.      3. PERAYAAN KETIGA

Genggam tanganku, rasakan Kekuatan Cinta!

Prolog: sesungguhnya Kita Hamba



Buku ini banyak merujuk pada beberapa pendapat, seperti Ustadz Mohammad Fauzil Adhim, Ustadz Cahyadi Takariawan,  John  Gray, syaikh Saleh bin Ahmad Al-Ghazali, al-Ustadz Mahmud Mahdi al-Istanbuli, sayyid Quthb, Syaikh Yusuf al-Qardhawi, dll. Selanjutnya, Salim a. Fillah merangkai dan membingkai dalam kerangka doa pernikahan, “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika, wa jama’a bainakumaa fii khaiir...” Maka jadilah tiga perayaan cinta. Merayakan cinta dengan barakah dalam hal-hal yang kita sukai, merayakan cinta dengan barakah pada hal-hal yang tak kita sukai, dan merayakan cinta pada penyatuan sejati, penyatuan dalam kebaikan.


BAGIAN MANA YANG MENARIK?

Buku ini banyak yang menjadi favorit, inspirasi, dan refleksi bagi saya. Meskipun belum tuntas baca. Masih berkutat pada Perayaan Kedua. Halaman 22 sedikit membahas tentang kegundahan besar dalam diri Uqail bin Abi Thalb, sang pengantin yang mendengar kawan-kawannya berdoa “Bir rafaa’i wal baniin, semoga bahagia dan banyak anak!” Hal ini hampir sama juga dengan kegundahan ketika mendengar doa, “Selamat menempuh hidup baru, semoga kekal dunia akhirat!” atau doa, “Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.”

Teman, mungkin kita berpikir doa tersebut tidak salah. Bukahkah doa-doa itu semuanya berisi harapan kebaikan. Apa yang salah? Namun, berdasarkan kisah  Uqail bin Abi Thalib kita dapat mengambil hikmah. Rasulullah telah melarangnya dan mengajarkan doa yang seyogyanya diucapkan ketika menghadiri pernikahan. Mengucapkan  “baarakallahu laka, wa baaraka ‘alaika, wa jama’a bainakumaa fii khair. Semoga Allah karuniakan barakah kepadamu, dan semoga Ia limpahkan barakah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan.”

Selain itu, bukan hanya doa kepada pengantin yang menarik, evaluasi, dan motivasi buat saya. Sebuah keberkahan dalam hal apa pun itu, disukai atau dibenci, menyenangkan maupun memprihatinkan, melahirkan tawa ataupun tangis, membuat gelak maupun isak, pokonya whatever lah, kita senantiasa berharap ada barakah. Kita berdoa, baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika, dan kita tutup dengan , “Semoga allah himpun kalian berdua dalam kebaikan.”

Halaman 46 menjadi refleksi buat saya. Dimana, “gejala awal dari barakahnya sebuah pernikahan adalah kejujuran ruh, terjaganya proses dalam bingkai syariat, dan memudahkan diri. Ingat kata kuncinya; jujur, syar’i, mudah.”

Astaghfirullaahal ‘azhiim.

Subhaanallaahi.

Alhamdulillaahi

Allaahu Akbar.

Halaman 77 juga menarik.  “Semoga tiap katanya tak hanya mengandung ilmu, tapi juga melahirkan zikir. Semoga tiap kalimatnya, tak hanya menambah wawasan, tetapi juga ketakwaan”.

Ungkapan ini mengingatkan bahwa ketika kita hanya sebatas mengetahui itu masih wawasan, pengetahuan. Namun, ketika kita sudah mengetahui dan mengamalkannya maka itu termasuk ketakwaan dan iman.

Tak kalah mempesona juga sajak yang ditulis pada halaman 145. “Memang ada waktu untuk mengingat kekurangan, tapi kelak ada waktu untuk terpesona pada kelebihan. Ada waktu untuk menguji, kelak ada waktu untuk memuji. Ada waktu untuk memahami, dan kelak ada waktu untuk mengangumi.”

Selain itu juga, dikatakan bahwa “The supreme happines is the conviction of..being loved, inspie of ourselves.” Kebahagiaan yang paling tinggi, kata Victor Hugo, adalah keyakinan bahwa.. kita dicintai, meski bagaimanapun keadaan kita.

Masya Allah.

Halaman 154 juga sebagai pengingat bahwa Suami termotivasi, saat ia merasa DIBUTUHKAN. Istri merasa termotivasi, saat ia merasa DICINTAI. Tak dibutuhkan adalah kematian bagi suami, sebagaimana merasa tak dicintai adalah penderitaan bagi istri.

Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.

Halaman 230 mengingatkan untuk belajar komunikasi. “Menerangkan sesuatu tanpa diminta, kadang menunjukkan salah satu diantara dua hal; kesombongan atau kebodohan kita. Meski dibutuhkan pun, menerangkan pada waktu yang tidak tepat bisa bikin orang ngambek. Apalagi jika tidak dibutuhkan?”

Yaa rabbanaa lakal hamdu.


 FIKSI ATAU NONFIKSI?

Guys, buku ini masuk kategori non fiksi ya. Kamu tidak akan menemukan tokoh dalam cerita ini. Tapi di sini kamu akan menemukan bagaimana selayaknya calon pengantin mempersiapakan menjelang pernikahan. Sebelum ketemu calon pasangan, setelah menemukan, bahkan pasca ternunaikan ijab kabul.

Buruan deh dibaca! (Buruan Wen, tuntaskan. Masih baca di Perayaan Kedua ya kan. Perayaan Ketiga masih nunggu dilahap. Hehe)


APA SIH PESAN MORALNYA?

Pesan moral dari buku ini sejauh yang saya baca adalah barakah. Sebab, secara sederhana barakah berarti bertambahnya kebaikan dalam setiap kejadian yang dialami dalam setiap waktu yang berlalu. Ketika Allah mencintai hamba-Nya, maka membuat hati hamba begitu peka. Selanjutnya, saat tenggelam di lautan, maka sang hamba peka dengan bersegera untuk mengenakan perlengkapan selam. Begitu pula ketika bunga bertaburan, satu kata yang tak pernah melalaikannya yakni syukur. Hingga kelak ketika badai masalah menghampiri, maka sang hamba menguatkan pondasi dengan kata sabar. Begitulah jalan yang ditelesuri oleh jalan-jalan Sulaiman, sekaligus Ayyub, ‘Alaihissalam.

Sependapat dengan itu, Aa’ Gym mengungkapkan bahwa barakah adalah kepekaan untuk bersikap benar menghadapi masalah. Sejalan dengan itu juga, Ibnul Qayyim berpendapat bahwa barakah yakni semakin dekatnya kita pada Rabb, semakin akrabnya kita dengan Allah. Umar bin Khattab juga mengumpamakan barakah adalah dua kendaraan yang ia tak peduli harus menunggangi mana; shabr dan syukr. Barakah, dalam pujian Sang nabi adalah  keajaiban. Keajaiban yang menakjubkan!

“Menakjubkan sungguh urusan orang beriman. Segala perkaranya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, dan syukur itu baik baginya. Jika ditimpa musibah dia bersabar, dan sabar itu baik baginya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Selanjutnya, Salim A. Fillah mengungkapkan bahwa kunci barakah itu adalah pada keimanan dan ketakwaan. Keimanan yang meyakinkan kita untuk terus beramal saleh sesuai dengan yang telah diturunkan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Begitu pula dengan ketakwaaan. Ketakwaan yang berarti mengisi hari-hari dengan penjagaan, kepekaan, dan merasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah.

“Wahai jiwa yang mendamba barakah dalam pernikahan sebagaimana saudara-saudaramu telah mendoakan. Wahai diri yang merindu detik-detik kebahagiaan dan kedekatan dengan Allah. Inilah saatnya. Inilah waktuya untuk menggapai pernikahan yang barakah itu. Jika engkau belum menikah, ada kesempatan untuk mempersiapkan dan ada waktu untuk menata hati. Dan jika engkau sudah menikah, tiada kata terlambat untuk bernasyid bersama Nuansa, dan mengisi hari-hari ke depan dengan perbaikan. Karena kita memang tak boleh berhenti belajar, dan tak terkenan istirahat untuk terus memperbaiki diri.”  (Salim A. Fillah)

Bismillahirrahmanirrahim.


GAYA KEPENULISAN?

Salim A. Fillah   terkenal dengan tulisannya yang romantis dan puitis. Tentu buku ini juga kaya akan kata romantis dan puitis. Bahasa yang ringan dipahami. Cocok untuk dilahap. Selain itu, inti yang hendak disampaikan juga tersampaikan dengan baik.


KESIMPULAN

Buku Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta adalah salah satu buku yang saya rekomendasikan untuk dibaca. Terlebih buat kita yang sedang dalam penantian, persiapan, ataupun sedang menjalani rumah tangga. Buku yang berisi paket lengkap tentang serba–serbi pernikahan. Mulai dari awal perkenalan, proses, hingga jenjang selanjutnya. Jika sudah terlewatkan beberapa tahap. Mari kita saling mengingatkan bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar. Mari kita segerakan untuk belajar.

Harapan saya untuk penulis semoga semakin banyak menghasilkan karya lainnya yang jauh luar biasa. Mengedukasi dan menginspirasi ummat. Harapan buat pembaca. Semoga kita yang jomblo disatukan pasangan yang terbaik; baik untuk dunia-akhirat. Buat yang sudah menemukan semoga kebaikan, keberkahan, dan kebahagiaan selalu menghiasi. Hingga akhirnya kita semua bisa meneguk keberkahan di pernikahan yang dijalani. Aamiin Ya Rabb.

 

Maaf atas kekurangan dalam review ini. Jika ada tambahan dan penilaian sudut pandang yang berbeda dari teman-teman. Silakan disampaikan di komentar ya.

Ada rekomendasi buku yang lain?

22 komentar:

  1. Saya belum baca buku ini. Kalau karya Salim A. Fillah yang tentang pernikahan yang udah baca paling buku lamanya, Nikmatnya Pacaran setelah Pernikahan (lupa judul persisnya).

    Tapi karya beliau yang lain lumayan suka. Kayak Lapis-Lapis Keberkahan, sama novel terbarunya yang Sang Pangeran itu keren sekaliiii :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bolehlah jadi list buku yang akan dibaca, kk.


      Iya kk. Buku karya Beliau emang cakep dan keren banget kk. Rekomendasi.

      Hapus
  2. Kategori buku tebal menurut saya kak,kalau sampai ummi punya, ntah berapa tahun selesai bacanya, he...untungnya ada review dari kakak ini, jadi tau gambaran isi bukunya deh... makasi kak...ditunggu review buku lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Umi. Kita cicil aja Umi. Kayak beli perabot; beli satu per satu. Ini baca beberapa lembar sekali duduk.


      Hehe. Alhamdulillah.


      Insya Allah, siap umi.

      Hapus
  3. Liat artikel ini jadi keingat zaman kuliah pernah baca buku bahagianya merayakan cinta. Wkwkwk.. karena buku inilah, salah satu aku pengen nikah muda. Alhamdulillah Allah jawab, umur 22 selesai dapat ijazah bisa ijabsah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.
      Alhamdulillah.


      Jadi kk tamat kuliah, langsung nikah ya kk.

      Masya Allah. 👍👍

      Hapus
    2. Masya Allah. Alhamdulillah ya kk.


      Barakallah, kk.
      Habis dapat buku wisuda, langsung dapat buku nikah.
      Hehe

      Hapus
  4. Jadi seperti buku panduan pernikahan gitu ya kak? Bagus banget jadi pasangan tersebut lebih mencintai dan bahagia meski banyak badai yg akan dihadapi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kk.

      Salah satu buku rekomendasi buat yang akan dan sudah menikah

      Insya Allah, kk.

      Hapus
  5. Buku ini cocok banget buat yang belum dan akan menikah. Bisa lebih mempersiapkan diri untuk pernikahan yang lebih barokah dan bahagia karena Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kk. Bener. Pas banget.

      Insya Allah ya. Aamiin.

      Semoga pernikahannya lebih barokah dan bahagia karena Allah.

      Hapus
  6. Jadi nambah wawasan, bahwasannya mengucapkan selamat kepada calon pengantin itu, sebaiknya seperti doa nabi kepada pengantin itu ya...
    selama ini gak seperti itu memang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini bener, kk.

      Kadang awak suka khilaf.
      Insya Allah bisa diperbaiki doa buat pengantinnya seperti yang diajarkan Nabi.

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Baarakallahu laka, wa baarka ‘alaika, wa janaa bainakumaa fii khair. Adakah cinta yang paling apik adalah dengan cara menghalalkan dan mari merayakan cinta. Masyaa Allah dan indahnya sebuah pernikahan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baarakallahu laka, wa baarka ‘alaika, wa janaa bainakumaa fii khair.

      Masya Allah ya.

      Hapus
  9. Sepertinya buku ini bukan hanya diperlukan oleh orang yang akan menikah saja tapi juga oleh orang yang sudah lama menikah. terkadang kita butuh pengingat yang manis seperti buku ini bahwa menikah itu adalah mengharapkan berkah dari Allah meskipun isinya penuh dengan air mata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kk, bener


      Buku ini patut dibaca buat semua umur pernikahan. Buku ini bisa jadi rujukan atu pengingat di jalannya bahtera rumah tangga. Insya Allah.


      Pengingat selain Quran dan Sunnah. Hehe

      Hapus
  10. Ini buku kado pernikahan saya dulu dari seorang teman, isi bukunya sangat menarik dari situ saya banyak belajar bagaimana seharusnya menghadapi pernikahan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah.
      Alhamdulillah.

      Insya Allah jadi amal jariyah buat teman kk.


      Sumber ilmu dan pengetahuan buat yang baca.

      Barakallahfiikum, kk

      Hapus
  11. Hehe... Aku langsung share artikel ini ke teman yang lagi menuju persiapan pernikahan. Walaupun aku non muslim, suka baca reviewnya nih mbak.

    BalasHapus