Apa Kata Mereka untuk 100 Tahun Indonesia Merdeka?

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selamat Hari Guru - Bukan Hanya Mereka

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 29 Maret 2020

DEFINISI PUISI DAN UNSUR-UNSUR PUISI




Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bagaimana kabar kalian hari ini? Masih tetap #dirumahaja #belajardarirumah ya kan?
Pembelajaran Bahasa Indonesia kali ini akan berisi mengenai puisi dan unsur-unsur puisi. Selamat membaca. Selamat belajar.

       A.     Hakikat Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Aminuddin (2010:134) puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Pradopo (2012:6) puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.
Waluto (2005:1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Slametmuljana (dalam Diah E. Sari, dkk, 2016:1) puisi adalah bentuk kesusastraan yang menggunakaan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Berdasarkan pendapat ahli di atas disimpulkan, puisi adalah suatu karya sastra menggunakan kata-kata indah, kaya makna, serta berisi ekspresi penyair. Keindahan puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama.
      B.     Unsur-unsur Puisi
Sebuah puisi tentu ada unsur yang membangunnya.
Menurut Djojosuroto (2004:35) bahwa struktur fiksi dan batin puisi sebagai berikut:
1.      Struktur Fisik
a)    Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan puisi.
b)   Diksi adalah pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkn. Pemilihan kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c)    Imaji dalam puisi merupakan kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi tiga yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Melalui imaji, pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa ynag dialami penyair.
d)   Kata konkret adalah kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan dan lambang.
e)    Bahasa figuratif yaitu bahasa kiasan yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f)     Versifikasi menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
2.      Struktur batin
a)    Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b)   Rasa (feeling), sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan menyikapi suatu masalh bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang dibentuk oleh latar belakang psikologis dan sosiologis.
c)    Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.
d)   Amanat/ tujuan/ maksud (intention), sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisi.
Unsur-unsur puisi menurut Diah E. Sari, dkk (2016:4) terdiri dari unsur fisik dan unsur batin. Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut:
1.      Unsur Fisik
a)      Diksi (Pemilihan Kata)
Pemilihan dan menentukan kata-kata, seorang penyair memiliki perbendaharaan yang khas, mempertimbangkan urutan kata dan daya sugesti kata-kata. Perbendaraan kata penyair sangat penting untuk kekuatan ekspresi puisinya. Selain itu juga akan menunjukkan ciri khas penyair.
b)      Pengimajian
Herman J. Waluyo (dalam Diah E. Sari, dkk, 2016:5) membatasi pengimajian yakni kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil). Pengimajian ditandai menggunakan kata yang konkret dan khas.
c)      Kata Konkret
Usaha untuk membangkitkan imajinasi pembaca adalah dengan penggunaan memaksimalkan kata-kata konkret. Penggunaan kata konkret yang tepat, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair.
d)      Bahasa Figuratif (Majas)
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak biasa, yakni secara tidak langsung. Kata atau bahasanya bermakna kias atau lambang.
e)      Verifikasi (Rima, Ritma, Metrum)
Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi puisi. Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
f)        Tata wajah (Tipografi)
Tipografi adalah pembeda  yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Atar Semi (1993:35) mengatakan bahwa tipografi dalam sebuah puisi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.
2.      Unsur Batin
a)      Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair.
b)       Perasaan Penyair (Feeling)
Setiap penyair akan berbeda-beda menghasilkan suatu puisi, meskipun dengan tema yang sama. Oleh karena itu, suasana atau perasaan penyair tersebutlah yang mempengaruhinya.
c)      Nada (Sikap Penyair)
Nada merupakan sikap penyair terhadap pembaca. Sikap tersebut dapat berupa menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan.
Kalau nada adalah sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
d)      Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair. Amanat dalam puisi biasanya tersirat di balik kata-kata yang disusun dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.  .

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Satra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Diah E. Sari, dkk. 2016. Bahan Ajar Kajian Puisi.Medan: Universitas Negeri Medan.
Djojosuroto, dkk. 2000. Dasar-dasar Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Manasco.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Satra Modern. Yogyakarta: Gama Media
____________________. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.